18 pelajaran penting dalam kepemimpinan
ini adalah terjemahan bebas (agar mudah dipahami dan cocok untuk
organisasi kepemudaan khususnya Pramuka golongan Penegak dan Pandega)
dari tulisan Jenderal Colin Powell. Dia adalah mantan Chairman dari Joint Chiefs of Staff ,
yaitu sebuah lembaga penasehat untuk Menteri Pertahanan Amerika Serikat
yang terdiri gabungan dari semua organisasi militer di Amerika Serikat.
Dalam artikel aslinya, ia memberikan judul:
A Leadership Primer
Jenderal Colin Powell |
LESSON 1
“Being responsible sometimes means pissing people off.”
Kepemimpinan yang baik adalah yang
mengutamakan kebaikan untuk kelompok yang dipimpinanya, itu berarti akan
bertentangan dengan orang yang kepentingannya kebetulan berlawanan
dengan kebutuhan kelompok. Bisa dikatakan terkadang kebijakan anda akan
membuatnya marah atau memusuhi anda. Jika anda kurang berani, mungkin
anda akan menghindari keputusan-keputusan sulit, menghindari bermasalah
dengan anggota kelompok yang anda pimpin, atau bahkan tawar menawar yang
hanya sekedar agar membuatnya tidak terlalu marah. Jika anda
melakukannya, anda adalah pemimpin yang biasa saja. Dan itu tidak baik.
Tetapi, yakinlah, sering kali orang yang
marah atau bertentangan dengan anda justru dialah orang yag paling
kreatif dan produktif dalam organisasi. Jangan menganggapnya sebagai
musuh, tetapi hadapilah dengan fair dan berani. Hindarilah
debat kusir dengannya, dan pastikan ketika perdebatan semakin panas,
semua anggota tahu bahwa itu tidak dimasukkan dalam hati dan dalam
rangka menemukan solusi, bukan menemukan siapa pemenangnya.
LESSON 2
“The
day soldiers stop bringing you their problems is the day you have
stopped leading them. They have either lost confidence that you can
help them or concluded that you do not care. Either case is a failure
of leadership.”
Masalah seperti ini biasanya ada dua penyebab. Pertama, orang-orang yang anda pimpin apatis
atau tidak peduli dengan organisasi lagi. Atau yang kedua, ada hambatan
komunikasi antara anda sebagai pemimpin dengan anggota dalam lembaga
yang anda pimpin. Jangan memandang protes atau permintaan bantuan dari
anggota adalah sebuah kegagalan. Hal itu justru menunjukka kalau mereka
bekerja dan menghadapi masalah. Pemimpin sejati membuat dirinya mudah
diakses. Bahkan dengan anggota yang paling tidak komunikatif atau yag
paling rendah posisinya dalam organisasi. Mudah diakses juga berarti
tidak menutup mata terhadap apa yang dihadapinya.
LESSON 3
“Don’t
be buffaloed by experts and elites. Experts often possess more data
than judgment. Elites can become so inbred that they produce
hemophiliacs who bleed to death as soon as they are nicked by the real
world.”
Jangan menelan mentah-mentah masukan dari
orang yang lebih senior atau punya posisi tinggi. Masukan dari mereka
wajib diperhatikan, tetapi seringkali senior memberikan saran yang
“membabi-buta”. Menceritakan prestasi di masa lalu (mungkin
dilebih-lebihkan) tanpa membandingkan kondisi saat ini. Mungkin niatnya
baik, untuk memotivasi. Tetapi dengan kemasan cara bicara yang salah
akan membuat niatan itu berlawanan, membuat kita jadi pesimis karena
merasa prestasinya terlalu jauh dari harapan. Pemimpin yang baik
harusnya mampu mem-filter mana masukan dan kritik yang sesuai.
Hati-hati! Hal ini bukan berarti anda perlu anti-masukan dan kritik.
Tetapi bijaksanalah dalam menyerap dan menanggapi masukan dan kritik.
Melangkahlah sedikit-demi sedikit, tetapi dengan langkah nyata dan
percepatan.
Untuk organisasi yag baru, percepatan yag
rendah bisa dimaklumi. Tetapi untuk organisasi yang telah lama berdiri,
harus ada peningkatan dari generasi ke generasi.
LESSON 4
“Don’t be afraid to challenge the pros, even in their own backyard.”
Melengkapi pelajaran sebelumnya. Belajarlah dari yang lebih profesional.
Lebih senior bukan berarti lebih profesional. Carilah mereka (para
profesional) dan jadikan mereka sebagai mentor atau bahkan mitra kerja.
tetapi, terkadang mereka juga bisa menjadi orang yang cepat puas atau
malas. Pemimpin sejati tidak muncul dari ketaatan buta terhadap
seseorang. Bary Rand (Xerox) menyarankan, jika kamu menemukan seorang “yes man”,
ia adalah masalah. Kepemimpinan bukanlah hal menciptakan pengikut setia
saja, tetapi bagaimana merangsang orang yang dipimpin ber-evolusi. Sehingga ketika mereka harus menggantikan anda sebagai pemimpin, organisasi tidak akan mulai dari nol lagi.
LESSON 5
“Never neglect details. When everyone’s mind is dulled or distracted the leader must be doubly vigilant.”
Strategi (perencanaan) erat kaitannya dengan suksesnya pelaksanaan (execution).
Program kerja yang baik tidak akan ada artinya jika tidak bisa
dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Pemimpin yang buruk merasa
menjadi “orang yang di atas”, dia tidak perlu memperhatikan
setiap detail, para anggota lah yang memikirkannya. Sebaliknya, pemimpin
sejati mampu memperhatikan setiap detail tugas yang diberikan pada anak
buahnya, sehingga ketika ada yang“salah” ia akan langsung menyadari da mencari solusi.
LESSON 6
“You don’t know what you can get away with until you try.”
Jangan salah mengartikan ungkapan, “it’s easier to get forgiveness than permission.”
Jika anda melakukan sesuatu, lakukanlah dengan yakin dan niat baik.
Jika nanti ternyata tindakan. keputusan anda salah, tinggal minta maaf.
tetapi bukan berarti menganggap enteng akibat dari kesalahan anda.
Pelajaran dari ungkapan tersebut adalah, jangan banyak bertanya dan
meminta masukan, tetapi tidak bisa merealisasikan masukan tersebut.
Jangan pernah berpikir, “Saya berterima kasih atas semua masukannya,
tetapi jika saya belum bisa melakukannya mohon dimaklumi karena semua
itu terlalu sulit buat saya.”
LESSON 7
“Keep looking below surface appearances. Don’t shrink from doing so (just) because you might not like what you find.”
Banyak pemimpin yang melakukan kesalahan
dalam hal ini. Mereka takut mengevaluasi atau meninjau lebih jauh suatu
masalah hanya karena mengira akan menemukan masalah yang tidak ia sukai.
Pemimpin sejati seharusnya mau melihat secara mendalam dan mengevaluasi
setiap tindakan. Jika memang benar menemukan masalah yang tidak
mengenakkan baginya, hadapi saja. Jika anda takut bertemu dengan masalah
saat mengevaluasi, berarti anda sedang berangan-angan. Tidak ada kata
“No Problem”, sekecil apapun, pasti ada masalah.
LESSON 8
“Organization
doesn’t really accomplish anything. Plans don’t accomplish anything,
either. Theories of management don’t much matter. Endeavors succeed or
fail because of the people involved. Only by attracting the best
people will you accomplish great deeds.”
Aset terbaik sebuah organisasi adalah
SUMBER DAYA MANUSIA. Sebaik dan sebesar apapun organisasinya,
perencanaannya dan bahkan pendanaannya, tanpa sumber daya manusia yang
memadai, semua akan sia-sia. Janga takut untuk menerima SDM terbaik.
Hilangkan kekhawatiran, “Mereka akan menjadi pesaing yang merebut posisiku.” Carilah sebanyak-banyaknya SDM yang berkualitas.
LESSON 9
“Organization charts and fancy titles count for next to nothing.”
Jangan terlalu melihat posisi tiap orang
dalam struktur organisasi atau jabatannya. Memang setiap posisi memiliki
porsi tugas dan wewenang masing-masing. Sebagai pemimpin, anda harus
pandai-pandai melihat siapa pemimpin informal dalam organisasi yang anda
pimpin. Berdayakan mereka untuk merangsang dinamisnya gerak aktifitas
organisasi. Ingat! Posisi atau jabatan seringkali tidak diberikan karena
kemampuan dan kepemimpinan seseorang.
LESSON 10
“Never let your ego get so close to your position that when your position goes, your ego goes with it.
Jangan sombong dengan posisi anda.
Pemimpin yang baik harus menyadari bahwa suatu saat segala sesuatu akan
menjadi usang. Jangan biarkan diri anda menjadi usang haya karena
kebutaan yag disebabkan ego dan kesombongan anda. Jangan cukup puas
dengan, “Saya pernah mengikuti pelatihan ini, makanya saya mampu.” Dan
anda menyatakannya terus menerus tanpa menyadari orang lain telah
mempelajari hal yang baru. Berharganya seorang pemimpin bukan seberapa
kemampuannya saat ini, tetapi seberapa banyak ia meningkatkan
kemampuannya.
LESSON 11
“Fit
no stereotypes. Don’t chase the latest management fads. The situation
dictates which approach best accomplishes the team’s mission.”
Jangan terjebak dengan prestasi-prestasi
masa lalu. Visi dan misi kita harus berkembang seiring dengan
berjalannya waktu. Gunakan teknik-teknik manajemen dengan benar,
sehingga aplikasinya benar-benar menjadi bervariasi tergantung kondis
yang dihadapi. Ilmu manajemen bukanlah sekedar mantra yang dihafalkan dan dimengerti, tetapi merupakan alat yang perli diaplikasikan dengan benar.
LESSON 12
“Perpetual optimism is a force multiplier.”
Optimisme memberikan efek yang luar
biasa. Jika anda ingin menjadi pemimpin sejati, selalu bersikap optimis.
Di sini saya tidak membicarakan orang yang mengatakan, “Jangan khawatir, tak akan ada masalah.” sambil tersenyum. Tetapi katakan, “Kita bisa mengatasi semua ini, kita mampu meraih tujuan dan kita akan melakukan yang terbaik.”
LESSON 13
“Powell’s
Rules for Picking People:” Look for intelligence and judgment, and most
critically, a capacity to anticipate, to see around corners. Also look
for loyalty, integrity, a high energy drive, a balanced ego, and the
drive to get things done
Saat merekrut anggota baru, jaga menilai
apa yang bisa mereka berikan saat ini. Tetapi apa yag bisa mereka
hasilkan di masa depan. Tolok ukur penilaiannya ada pada loyalitas,
integritas, kemampuan menilai, energi dan kemampan melakukan tugas
dengan baik dan benar. Bibit yang baik tidaklah cukup, perlu KADERISASI untuk membentuknya.
LESSON 14
“Great
leaders are almost always great simplifiers, who can cut through
argument, debate and doubt, to offer a solution everybody can
understand.”
KISS, Keep It Smile, Stupid! Kedengaran
konyol, mungkin saja. Tetapi itulah yang dibutuhka pemimpin sejati.
Berpikir dengan dingin dan jernih. Jangan mudah terbawa emosi,
seberapapun panasnya perdebatan. Pemimpin sejati harus mampu
menyederhanyakan permasalahan sehingga jelas bagi semuanya, tanpa
menghilangkan hal yang penting. Pernyataannya harus tegas dan jelas,
mudah dimengerti dan tidak ambigu.
LESSON 15
Part I: “Use the
formula P=40 to 70, in which P stands for the probability of success and
the numbers indicate the percentage of information acquired.”
Part II: “Once the information is in the 40 to 70 range, go with your gut.”
Jangan terlalu cepat memutuskan atau
mengambil tindakan terhadap masalah yang infonya kurang lengkap. Batas
40% mungkin bisa jadi pertimbangan yang baik. Juga jangan menunggu
hingga semua informasi terkumpul 100%. Bisa saja akan menjadi terlambat
sebelum anda memutuskan untuk melakukan sesuatu.
LESSON 16
“The commander in the field is always right and the rear echelon is wrong, unless proved otherwise.”
Orang yang terjun langsung di lapangan biasanya yang lebih memahami situasi. Tetapi ingat, orang lapangan
bukan berarti orang yang hanya mumpuni karena bisa tali-temali,
mendirikan tenda atau lainnya. Yang dimaksud orang lapangan adalah orang
yang mampu memimpin di lapangan, menyelesaikan masalah di lapangan,
bertindak dengan benar di lapangan.
LESSON 17
“Have
fun in your command. Don’t always run at a breakneck pace. Take leave
when you’ve earned it: Spend time with your families. Corollary:
surround yourself with people who take their work seriously, but not
themselves, those who work hard and play hard.”
Hidup harus seimbang, jangan terlalu
membenamkan diri dengan urusan pekerjaan atau organisasi yang anda
pimpin. Beri waktu juga untuk refreshing dan suko-suko.
LESSON 18
“Command is lonely.”
Tak dipungkiri, menjadi pemimpin berarti
tanggung jawab yang lebih besar dari pada orang lain. Jika anda menjadi
pemimpin, bersiaplah untuk merasa sendirian. Karena beban yang anda
pikul pasti lebih berat dari orang lain.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas kunjungannya ke simplescouting. Selamat memandu!